Kenali beragam kue tradisional khas Sunda yang tetap eksis dan lezat. Temukan rasa otentik dalam setiap gigitan yang masih menyatu dengan zaman.
Kue tradisional khas Sunda merupakan bagian tak terpisahkan dari warisan kuliner Indonesia. Meski zaman terus berkembang, kue-kue ini tetap lestari dan digemari oleh berbagai kalangan.
Dalam artikel ini, kami akan memperkenalkan Anda pada 10 kue tradisional khas Sunda yang masih eksis hingga saat ini.
Setiap kue tidak hanya menawarkan rasa yang lezat, tetapi juga membawa kenangan masa lalu yang menyatu dengan kekinian. Mari kita telusuri kelezatan khas Sunda yang tetap bertahan di tengah perubahan zaman.
Telusuri Kelezatan Khas Sunda Yang Tetap Bertahan Di Tengah Perubahan Zaman
1. Gemblong: Kue Kenyal Berbalut Gula Merah yang Menggugah Selera
Gemblong merupakan salah satu kue tradisional khas Sunda yang sangat populer. Kue ini terbuat dari tepung beras ketan yang diolah menjadi adonan, kemudian dibentuk lonjong dan digoreng.
Setelah digoreng, gemblong dilumuri dengan gula merah cair yang memberikan rasa manis khas dan tekstur yang lengket. Rasa manis gula merah yang berpadu dengan kenyalnya ketan membuat gemblong sangat digemari.
Dengan harga yang terjangkau, sekitar Rp2.000 per buah, ini menjadi pilihan camilan yang tepat dan mengenyangkan di tengah aktivitas.
2. Kue Jalabria: Donat Tradisional yang Pas untuk Takjil
Kue Jalabria mungkin tidak sepopuler donat modern, tetapi kue ini memiliki keunikan tersendiri. Terbuat dari tepung ketan, kue ini dibentuk menyerupai donat dengan lubang di tengahnya.
Perbedaan utama antara Jalabria dan donat biasa terletak pada baluran gula putih kering yang menutupi permukaan kue ini, memberikan rasa manis yang lembut di setiap gigitannya.
Kue Jalabria sering dijadikan pilihan untuk takjil saat berbuka puasa karena rasanya yang manis dan teksturnya yang empuk. Kue ini juga menjadi favorit di berbagai acara tradisional.
3. Nagasari: Kue Pisang yang Lembut dan Nikmat
Nagasari adalah kue tradisional Sunda yang terbuat dari tepung beras dan diisi dengan potongan pisang. Kue ini dibungkus dengan daun pisang dan dikukus hingga matang sempurna.
Tekstur nagasari yang lembut dan rasa manis alami dari pisang membuatnya menjadi kudapan yang sempurna untuk dinikmati bersama secangkir teh tawar di pagi hari.
Bungkus daun pisang tidak hanya memberikan aroma khas yang menggugah selera, tetapi juga menjaga kelembutan kue ini. Nagasari sering kali disajikan dalam berbagai acara adat dan perayaan.
4. Keremes: Camilan Renyah yang Gurih
Keremes adalah camilan khas Sunda yang terbuat dari ubi dan gula merah. Ubi yang diiris tipis dicampur dengan gula merah cair, kemudian digoreng hingga renyah. Hasilnya adalah camilan dengan tekstur yang sangat renyah dan rasa gurih manis yang khas.
Suara “kriuk” yang terdengar saat menggigit keremes menjadi daya tarik tersendiri bagi para penikmatnya. Camilan ini sering kali disajikan sebagai pelengkap saat minum teh atau kopi. Keremes juga mudah ditemukan di pasar tradisional dengan harga yang sangat terjangkau.
5. Bugis: Kue Tradisional dengan Isian Kelapa yang Manis
Kue bugis, yang dikenal juga sebagai kue unti, terbuat dari tepung beras yang diisi dengan kelapa parut yang dicampur dengan gula merah. Setelah diisi, adonan dibungkus dengan daun pisang dan dikukus hingga matang.
Tekstur bugis yang kenyal dan rasa manis dari isian kelapa membuat kue ini sangat nikmat. Meskipun mirip dengan nagasari, bugis memiliki karakteristik tersendiri, terutama dari segi isian dan rasa.
Kue ini sering disajikan pada acara-acara spesial dan juga sebagai hidangan sehari-hari di keluarga Sunda.
6. Katimus: Kenikmatan Singkong dengan Sentuhan Gula Merah
Katimus adalah kue tradisional Sunda yang terbuat dari singkong dan gula merah. Singkong yang diparut dicampur dengan gula merah, kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dikukus. Hasilnya adalah kue dengan tekstur yang lembut dan rasa manis yang pas.
Beberapa versi katimus dibuat langsung di loyang tanpa dibungkus daun pisang, tetapi tetap memiliki rasa yang enak.
Kue ini sering dijadikan camilan di sore hari, terutama saat menikmati waktu bersama keluarga. Aromanya yang khas dari daun pisang menambah kenikmatan saat menyantap katimus.
7. Misro: Singkong Goreng dengan Isian Gula Merah
Misro, yang merupakan singkatan dari “amis di jero” (manis di dalam), adalah kue tradisional Sunda yang terbuat dari singkong parut dengan isian gula merah. Adonan singkong yang sudah diisi dengan gula merah dibentuk bulat, lalu digoreng hingga kecokelatan.
Tambahan kelapa parut dalam adonan singkong membuat misro semakin gurih. Ketika digigit, gula merah yang meleleh di dalam memberikan sensasi manis yang sempurna. Misro biasanya disajikan hangat, dan sangat cocok dinikmati saat cuaca dingin atau hujan.
8. Combro: Perpaduan Singkong dan Oncom yang Pedas
Combro, singkatan dari “oncom di jero” (oncom di dalam), adalah varian lain dari kue singkong goreng yang sangat populer di Sunda. Bedanya dengan misro, combro diisi dengan oncom yang telah dibumbui dan diberi cabe.
Rasa pedas dari isian oncom berpadu sempurna dengan gurihnya adonan singkong. Combro paling enak dinikmati saat masih hangat, apalagi ketika hujan. Kue ini sering dijadikan camilan sore hari atau teman minum teh.
9. Burayot: Kue Tradisional dengan Tekstur Lembut dan Rasa Manis
Burayot adalah kue tradisional Sunda yang terbuat dari tepung terigu dan tape singkong. Adonan burayot dicampur dengan gula merah dan gula putih, kemudian digoreng hingga matang.
Nama “burayot” sendiri berasal dari bentuknya yang sedikit menggembung dan tidak beraturan setelah digoreng.
Kue ini memiliki tekstur lembut di dalam dan renyah di luar, dengan rasa manis yang khas dari tape dan gula merah. Burayot sering disajikan pada acara-acara adat dan juga sebagai camilan sehari-hari.
10. Ali Agrem: Donat Tradisional dengan Sentuhan Gula Merah
Ali agrem adalah kue tradisional Sunda yang berbentuk seperti donat dengan lubang di tengahnya. Terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan gula merah, kue ini digoreng hingga matang.
Tekstur ali agrem yang kenyal dan rasa manis dari gula merah membuatnya menjadi camilan yang digemari banyak orang.
Kue ini biasanya disajikan pada acara-acara adat dan juga bisa ditemukan di pasar tradisional. Ali agrem sering kali menjadi pilihan untuk camilan sore bersama secangkir teh atau kopi.
Kue-kue tradisional khas Sunda ini tidak hanya enak dan memanjakan lidah, tetapi juga mengandung kekayaan budaya yang patut dilestarikan. Meskipun zaman terus berubah, kue-kue ini tetap bertahan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Sunda.
Dengan cita rasa yang khas dan unik, kue-kue ini layak untuk terus dinikmati dan diperkenalkan kepada generasi berikutnya.